BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat ini, masalah lingkungan menjadi perhatian banyak orang, termasuk siswa seperti kita. Salah satu masalah yang sering kita dengar adalah limbah rumah tangga yang mencemari lingkungan. Contohnya, sabun cuci piring yang biasa kita pakai sehari-hari ternyata banyak mengandung bahan kimia yang sulit terurai. Jika terus-menerus dibuang ke saluran air, limbah ini bisa mencemari sungai dan laut, bahkan merusak ekosistem di dalamnya.
Selain itu, masalah sampah plastik juga tidak kalah penting. Hampir semua produk sabun cuci piring dikemas dalam botol plastik yang sering kali dibuang begitu saja setelah habis. Plastik ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, sehingga menambah jumlah sampah di lingkungan kita. Melihat masalah ini, rasanya penting bagi kita untuk mulai mencari solusi, misalnya dengan membuat produk yang lebih ramah lingkungan.
Sebagai siswa SMA, kita sebenarnya bisa ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan. Salah satunya dengan mencoba membuat sabun cuci piring dari bahan alami yang lebih aman untuk lingkungan. Selain itu, kita juga bisa mencari cara agar kemasan produknya lebih mudah didaur ulang atau bahkan tanpa plastik sama sekali. Dengan cara ini, kita tidak hanya belajar tentang produk ramah lingkungan, tapi juga ikut berperan dalam menjaga bumi untuk generasi mendatang.
Melalui laporan ini, saya ingin membahas lebih lanjut tentang bagaimana kita bisa membuat sabun cuci piring ramah lingkungan. Saya akan menjelaskan bahan apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara membuatnya, serta manfaatnya untuk lingkungan. Hal ini dapat menginspirasi kita semua untuk lebih peduli pada lingkungan
B.Tujuan
Tujuan Laporan
-
Meningkatkan Kepedulian Terhadap Lingkungan
Mengajak pembaca, khususnya siswa, untuk lebih peduli terhadap dampak limbah rumah tangga, terutama yang dihasilkan dari penggunaan sabun cuci piring berbahan kimia.
-
Mengembangkan Inovasi Produk Ramah Lingkungan
Menjelaskan pentingnya inovasi dalam menciptakan sabun cuci piring yang ramah lingkungan sebagai alternatif produk pembersih konvensional.
-
Memberikan Pengetahuan Praktis
Membantu pembaca memahami proses pembuatan sabun cuci piring berbahan alami yang sederhana dan dapat dilakukan sendiri.
-
Menginspirasi Generasi Muda
Memotivasi siswa SMA untuk berperan aktif dalam menciptakan solusi kreatif yang mendukung pelestarian lingkungan.
-
Mengurangi Penggunaan Plastik
Memberikan ide dan solusi untuk mengurangi ketergantungan pada kemasan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
-
Mendukung Gaya Hidup Berkelanjutan
Mengedukasi pembaca mengenai manfaat menggunakan produk ramah lingkungan demi menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
C.manfaat
-
Meningkatkan Pengetahuan
Membantu pembaca memahami dampak penggunaan sabun berbahan kimia terhadap lingkungan dan pentingnya inovasi ramah lingkungan.
-
Memberikan Solusi Praktis
Menyediakan panduan sederhana untuk membuat sabun cuci piring alami yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Mendukung Pelestarian Lingkungan
Mendorong penggunaan produk yang lebih aman bagi lingkungan dan mengurangi pencemaran limbah rumah tangga.
-
Menginspirasi Gaya Hidup Berkelanjutan
Mengajak pembaca, khususnya siswa, untuk memulai kebiasaan ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
-
Mengurangi Sampah Plastik
Memberikan ide untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik dengan beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informasi umum
Sabun cuci piring adalah produk pembersih yang digunakan untuk menghilangkan minyak, lemak, dan sisa makanan pada peralatan dapur. Dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan, inovasi sabun cuci piring kini lebih mengarah pada produk yang ramah lingkungan, seperti formula biodegradable (mudah terurai), kemasan daur ulang, serta penggunaan bahan alami yang lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan.
Selain sebagai pembersih, sabun cuci piring juga memiliki peran penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga dengan mencegah penyebaran bakteri dari sisa makanan yang menempel pada peralatan makan.
Jenis-Jenis Sabun Cuci Piring
Secara umum, sabun cuci piring tersedia dalam dua bentuk utama, yaitu sabun cuci piring cair dan sabun cuci piring batangan (padat).
a. Sabun Cuci Piring Cair
Sabun cuci piring cair merupakan jenis yang paling umum digunakan karena praktis dan mudah larut dalam air. Biasanya mengandung bahan aktif yang dapat menghasilkan busa melimpah untuk membantu menghilangkan lemak dan kotoran dengan lebih efektif.
Ciri-ciri sabun cuci piring cair:
- Berbentuk cair dengan berbagai tingkat kekentalan.
- Menghasilkan busa yang banyak untuk melarutkan minyak dan lemak.
- Tersedia dalam berbagai aroma seperti lemon, jeruk nipis, dan apel.
- Beberapa produk mengandung bahan pelembut untuk melindungi kulit tangan dari iritasi.
Inovasi ramah lingkungan pada sabun cuci piring cair:
- Menggunakan bahan aktif yang biodegradable sehingga tidak mencemari lingkungan.
- Menggunakan kemasan dari plastik daur ulang atau yang dapat diisi ulang (refill).
- Tidak mengandung fosfat dan bahan kimia berbahaya bagi ekosistem air.
b. Sabun Cuci Piring Batangan (Padat):
Sabun cuci piring batangan adalah alternatif yang lebih ramah lingkungan karena mengurangi penggunaan kemasan plastik. Sabun ini biasanya dibuat dengan bahan alami seperti minyak kelapa atau minyak sawit yang mampu mengangkat lemak tanpa perlu tambahan bahan kimia sintetis.
Ciri-ciri sabun cuci piring batangan:
- Berbentuk padat seperti sabun mandi.
- Tidak mengandung plastik kemasan sekali pakai.
- Menghasilkan busa yang lebih sedikit dibandingkan sabun cair tetapi tetap efektif dalam membersihkan minyak.
- Lebih tahan lama dan ekonomis dibandingkan sabun cair.
Inovasi ramah lingkungan pada sabun cuci piring batangan:
- Terbuat dari bahan alami seperti minyak nabati dan soda kue.
- Tidak mengandung zat kimia berbahaya seperti SLS (Sodium Lauryl Sulfate) yang dapat mengiritasi kulit dan mencemari lingkungan.
- Menggunakan kemasan kertas atau tanpa kemasan sama sekali untuk mengurangi limbah plastik.
Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Sabun Cuci Piring
Sabun cuci piring dibuat dari berbagai bahan yang berfungsi untuk membersihkan minyak, menghilangkan bau, dan menjaga kelembutan tangan. Berikut adalah beberapa bahan utama yang digunakan:
a. Surfaktan (Bahan Pembersih Utama)
Surfaktan adalah bahan aktif yang membantu menghilangkan lemak dan kotoran dari permukaan peralatan makan dengan cara menurunkan tegangan permukaan air.
Jenis surfaktan yang umum digunakan:
- Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Sodium Laureth Sulfate (SLES): Membantu menghasilkan busa dan melarutkan minyak dengan mudah.
- Cocamidopropyl Betaine:Surfaktan yang lebih lembut dan sering digunakan dalam sabun ramah lingkungan.
b. Bahan Pelembut dan Pelembab
Sabun cuci piring sering kali mengandung bahan pelembut agar tidak membuat kulit tangan menjadi kering. Contohnya:
- Gliserin:Menjaga kelembapan kulit agar tidak kering setelah mencuci piring.
- Aloe Vera dan Vitamin E: Berfungsi sebagai pelembut alami yang juga menyehatkan kulit.
c. Pengawet dan Pengemulsi
Pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dalam sabun, sementara pengemulsi membantu mencampur bahan berbasis air dan minyak. Beberapa pengawet yang sering digunakan antara lain:
- Sodium Benzoate dan Methylisothiazolinone: Mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri dalam produk.
d. Pewarna dan Pewangi
- Pewarna: Memberikan warna khas pada sabun (misalnya hijau untuk jeruk nipis, kuning untuk lemon).
- Pewangi alami:Seperti minyak esensial dari lemon atau jeruk untuk memberikan aroma segar sekaligus meningkatkan efektivitas pembersihan minyak.
Inovasi ramah lingkungan:
- Menggunakan pewarna alami dari tumbuhan.
- Menggunakan minyak esensial alami sebagai pewangi, menggantikan pewangi sintetis yang bisa mencemari lingkungan.
Cara Kerja Sabun Cuci Piring dalam Membersihkan Kotoran
Sabun cuci piring bekerja dengan prinsip kimia sederhana, yaitu memecah lemak dan kotoran menjadi partikel kecil yang dapat dibilas dengan air. Berikut adalah langkah-langkah cara kerjanya:
1. Mengurangi Tegangan Permukaan Air
- Surfaktan dalam sabun membantu menurunkan tegangan permukaan air sehingga air bisa lebih mudah menyebar dan masuk ke celah-celah kotoran pada piring.
2. Mengemulsi Minyak dan Lemak
- Molekul sabun memiliki dua bagian:
- Bagian hidrofilik (suka air) yang larut dalam air.
- Bagian hidrofobik (suka minyak) yang menarik minyak dan lemak.
- Ketika sabun dicampurkan dengan air dan minyak, molekul sabun akan mengelilingi minyak dan membentuk misel yang kemudian mudah larut dalam air.
3. Mengangkat dan Menghilangkan Kotoran
- Setelah minyak dan kotoran terpecah menjadi partikel kecil, air membawanya pergi saat dibilas, sehingga piring menjadi bersih tanpa residu lemak.
B.Proses pembuatan sabun cuci piring Cair dan Padat
Proses pembuatan sabun cuci piring batangan:
1. Pembuatan Sabun Cuci Piring cair:
Langkah 1: Mencampurkan Surfaktan
- Larutkan surfaktan alami dalam air hangat (sekitar 40-50°C) sambil diaduk perlahan.
- Aduk hingga campuran berbusa dan merata.
Langkah 2: Menambahkan Pelembut Tangan
- Tambahkan gliserin dan ekstrak Aloe Vera untuk menjaga kelembaban kulit.
- Aduk perlahan agar tercampur sempurna.
Langkah 3: Menambahkan Pengental Alami
- Tambahkan sedikit garam atau Xanthan Gum untuk meningkatkan kekentalan sabun.
- Aduk hingga sabun mulai mengental sesuai kebutuhan.
Langkah 4: Menambahkan Pengawet dan Pewangi
- Campurkan sodium benzoate dan
potassium sorbate untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
- Tambahkan minyak esensial sebagai pewangi alami.
- Aduk hingga semua bahan tercampur rata.
Langkah 5: Penyaringan dan Pengemasan
- Saring larutan sabun untuk menghilangkan endapan yang tidak larut.
- Tuang ke dalam botol kaca atau botol plastik daur ulang.
Hasil: Sabun cuci piring cair yang ramah lingkungan, bebas dari bahan kimia berbahaya, aman bagi kulit, dan tidak mencemari air tanah.
2.Cara pembuatan Sabun Cuci Piring Batangan:
Langkah 1: Menyiapkan Larutan Alkali
- Mencampurkan NaOH dengan air dingin (hati-hati karena reaksi bersifat eksotermis).
- Aduk hingga larut dan biarkan dingin.
Langkah 2: Mencampur Minyak Nabati
- Memanaskan minyak kelapa dan minyak zaitun hingga suhu sekitar 40°C.
- Perlahan-lahan tuangkan larutan alkali ke dalam minyak sambil diaduk perlahan.
Langkah 3: Proses Saponifikasi
- Aduk campuran hingga mengental dan mencapai fase trace (seperti adonan puding).
- Tambahkan baking soda dan ekstrak jeruk nipis untuk meningkatkan daya pembersih.
Langkah 4: Menambahkan Pewangi dan Cetakan
- Mencampurkan minyak esensial untuk pewangi alami.
- Tuang adonan sabun ke dalam cetakan dan biarkan selama 24 jam hingga mengeras.
Langkah 5: Pengeringan dan Penyimpanan
- Mengeluarkan sabun dari cetakan dan potong sesuai ukuran yang diinginkan.
- Biarkan sabun mengering selama 2-4 minggu agar lebih keras dan tahan lama.
Hasil:Sabun cuci piring batangan yang 100% alami, tanpa kemasan plastik, lebih awet, dan tidak mencemari lingkungan.
C. Strategi pemasaran
1. Segmentasi Pasar
- Geografis: Menargetkan wilayah perkotaan atau daerah dengan kesadaran lingkungan yang tinggi.
- Demografis: Konsumen dengan usia produktif, keluarga muda, dan kelas menengah ke atas yang cenderung memiliki kesadaran terhadap kesehatan dan lingkungan.
- Psikografis: Konsumen yang peduli akan keberlanjutan, gaya hidup sehat, dan produk organik/ramah lingkungan.
- Perilaku: Konsumen yang sudah terbiasa memilih produk premium, memiliki kepedulian terhadap dampak lingkungan, dan cenderung loyal terhadap brand yang sejalan dengan nilai-nilai pribadi.
2. Target Pasar
- Menetapkan target pasar yang fokus pada segmen konsumen urban, terutama milenial dan keluarga muda yang sadar lingkungan.
- Konsumen yang aktif mencari produk dengan klaim keberlanjutan, non-toxic, dan aman bagi kesehatan.
- Pasar niche bagi konsumen premium yang siap membayar harga lebih untuk mendapatkan produk yang mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
3. Marketing Mix (4P)
- Produk:
- Formulasi sabun yang menggunakan bahan-bahan alami dan biodegradable.
- Bebas dari bahan kimia berbahaya, sehingga aman digunakan untuk keluarga.
- Dikemas dengan material yang ramah lingkungan (misalnya kemasan daur ulang atau biodegradable).
- Dilengkapi dengan keunggulan performa, seperti kemampuan membersihkan lemak dan sisa makanan secara efektif.
- Harga:
- Menetapkan harga yang kompetitif, dengan mempertimbangkan nilai tambah dari klaim ramah lingkungan.
- Strategi harga premium bisa diterapkan jika kualitas dan keunggulan produk terbukti, namun tetap harus sejalan dengan daya beli target pasar.
- Pertimbangkan juga strategi penetrasi pasar dengan diskon atau bundling pada tahap awal untuk membangun loyalitas.
- Tempat (Distribusi):
- Distribusi secara offline melalui supermarket, toko khusus produk organik/eco-friendly, serta toko ritel modern di area perkotaan.
- Distribusi online melalui e-commerce dan website resmi, serta kerja sama dengan platform digital yang mendukung produk ramah lingkungan.
- Strategi omnichannel untuk menjangkau konsumen secara luas dan memudahkan akses pembelian.
- Promosi:
- Menggunakan media sosial dan digital marketing untuk membangun kesadaran dan edukasi mengenai manfaat produk.
- Influencer marketing dengan tokoh atau selebriti yang dikenal peduli lingkungan.
- Kampanye pemasaran konten yang mengedukasi tentang pentingnya penggunaan produk ramah lingkungan bagi kesehatan dan bumi.
- Partisipasi dalam event atau komunitas yang fokus pada keberlanjutan dan lingkungan.
- Promosi penjualan seperti demo produk, sampel gratis, dan program loyalitas untuk menarik serta mempertahankan konsumen.
4. Strategi Penjualan
- Kemitraan dengan Distributor & Retailer: Menjalin kerjasama dengan distributor dan retailer yang memiliki basis konsumen sesuai target, misalnya toko organik dan supermarket yang sudah menerapkan konsep ramah lingkungan.
- Program Loyalitas dan Diskon: Menawarkan insentif bagi konsumen setia melalui program reward, diskon untuk pembelian berulang, atau bundling produk ramah lingkungan lainnya.
- Testimoni dan Ulasan:Menggalang ulasan positif dan testimoni dari konsumen yang telah merasakan manfaat produk untuk meningkatkan kepercayaan konsumen baru.
- Demo Produk dan Edukasi: Mengadakan demo di toko atau event komunitas untuk menunjukkan efektivitas produk serta mengedukasi konsumen mengenai pentingnya memilih produk ramah lingkungan.
5. Pendekatan Keberlanjutan & Pemosisian Produk
- Keberlanjutan:
- Menonjolkan aspek ramah lingkungan dalam setiap tahapan produksi, mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga kemasan.
- Menyampaikan transparansi proses produksi dan rantai pasokan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
- Pemosisian:
- Memposisikan produk sebagai pilihan utama bagi konsumen yang peduli akan kesehatan dan lingkungan, dengan menekankan keunggulan kualitas dan nilai tambah produk ramah lingkungan.
- Menonjolkan keunikan produk dibandingkan dengan produk cuci piring konvensional melalui cerita brand yang mendukung keberlanjutan dan inovasi.
6. Evaluasi dan Monitoring
- Mengukur kinerja pemasaran melalui metrik penjualan, engagement media sosial, dan feedback konsumen.
- Melakukan survei kepuasan konsumen dan analisis kompetitor secara berkala untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
- Menyesuaikan strategi pemasaran berdasarkan tren pasar dan perkembangan preferensi konsumen agar tetap relevan dan kompetitif.
Dengan mengintegrasikan seluruh elemen tersebut, strategi pemasaran sabun cuci piring ramah lingkungan dapat berjalan efektif, tidak hanya menarik perhatian konsumen yang sadar lingkungan, tetapi juga membangun brand image yang kuat dan berkelanjutan.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Alat dan bahan
Alat
- Timba 2
- Pengaduk / Sutil Kayu 1
- Galon isi air (10 liter)
- Gelas ukur liter / 500 ml
- Sendok plastik 5
- Plastik setengah kilo
- Timbangan digital
- Sarung tangan plastik
- Tisu
- Gayung panjang
Bahan
- Sabun cuci piring
- Sodium klorida / NaCl 350 gram
- Texapon 1100 gram
- Foam booster 100 gram
- Sodium sulfat 50 gram
- LAS 400 gram
- Enzim Ar 10 gram
- Trilon 3 gram
- Dewisil liquid 11 ml
- Parfum secukupnya
- Pewarna secukupnya
- Aquades / Air isi ulang (1 liter)
- Asam karbosilat (4 gram)
B. Prosedur pembuatan
Pembuatan Sabun
- Masukkan enzim AR 10gram ke dalam wadah 1.
- Masukkan NaCl 150 gram di wadah 2.
- Tambahkan air 700 ml, aduk hingga larut.
- Sisihkan jika sudah larut.
- Lalu texapon 1100 gram dan aduk sampai berwarna putih.
- Jika sudah, sisihkan.
- Di wadah ke-2, tambahkan LAS 400 gram, aduk hingga larut.
- Wadah di-1 tuangkan sedikit demi sedikit ke wadah 2.
- Tambahkan foam booster 100 gram ke wadah 2.
- Tambahkan dewisil liquid 11 cc ke wadah 2.
- Masukkan asam karbosilat ke wadah 1, masukkan air 500 ml, aduk sampai larut.
- Masukkan larutan dari wadah 1 ke wadah 2.
- Masukkan trilon 3 gram ke wadah 2, NaCl 200 gram ke wadah pertama, tambahkan air 250 ml.
- Sodium sulfat aduk jadi satu.
- Wadah dituang dan diaduk terus menerus ke wadah 2 sambil diaduk.
- Tambahkan pewarna & parfum secukupnya.
C. Metode penjualan
1. Penjualan Langsung
- Menjual sabun langsung ke konsumen di pasar, toko kelontong, atau warung.
- Menggunakan sistem door-to-door (dari rumah ke rumah).
- Mengadakan demo atau uji coba produk untuk menarik pelanggan.
2. Penjualan Online
- Memanfaatkan platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, atau Lazada.
- Menjual lewat media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.
- Menggunakan WhatsApp atau Telegram untuk pemesanan langsung.
3. Penjualan Grosir atau Reseller
- Menawarkan produk ke toko-toko atau distributor dalam jumlah besar.
- Mencari reseller yang bersedia menjual kembali sabun dengan sistem komisi atau harga khusus.
4. Penjualan di Acara atau Pameran
- Mengikuti bazar, event UMKM, atau pameran produk lokal.
- Memberikan diskon atau promo spesial saat acara berlangsung.
5. Sistem Konsinyasi (Titip Jual)
- Menitipkan sabun di toko atau minimarket dan mendapatkan pembayaran setelah produk terjual.
6. Penjualan Berlangganan
- Menawarkan paket langganan bulanan dengan harga spesial.
- Menargetkan pelanggan tetap seperti hotel, restoran, atau laundry.
D. Target Pasar
Target pasar untuk sabun bisa ditentukan berdasarkan jenis sabun yang dijual dan kebutuhan konsumen. Berikut beberapa segmen target pasar yang potensial:
1. Rumah Tangga (Konsumen Individu)
- Ibu rumah tangga yang membutuhkan sabun untuk mencuci piring atau pakaian.
- Anak kos atau mahasiswa yang mencari sabun dengan harga terjangkau.
- Masyarakat umum yang ingin produk sabun berkualitas dengan harga kompetitif.
2. UMKM dan Bisnis Kecil
- Warung makan, restoran, dan kafe yang membutuhkan sabun cuci piring dalam jumlah besar.
- Laundry atau jasa cuci pakaian yang memerlukan sabun dengan formula khusus.
- Pengusaha kecil yang ingin menjadi reseller atau dropshipper.
3. Perusahaan dan Institusi
- Hotel, apartemen, dan homestay yang membutuhkan sabun untuk tamu.
- Sekolah, rumah sakit, atau perkantoran yang membutuhkan sabun untuk kebersihan.
4. Pasar Lingkungan dan Komunitas
- Pasar tradisional atau toko kelontong yang ingin menjual sabun buatan lokal.
- Komunitas lingkungan yang peduli terhadap produk ramah lingkungan (jika sabun memiliki bahan alami atau eco-friendly).
5. Toko Online dan Marketplace
- Konsumen yang lebih suka berbelanja melalui e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, atau Lazada.
- Pembeli dari luar kota yang ingin membeli dalam jumlah banyak dengan sistem pengiriman.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pembuatan sabun cair dilaksanakan pada tanggal 29 April 2025 di SMA Cendekia Sidoarjo. Proses dimulai dengan memasukkan 10 gram enzim AR ke dalam wadah 1. Di wadah 2, ditambahkan 150 gram NaCl dan 700 ml air, lalu diaduk hingga larut dan disisihkan. Setelah itu, 1100 gram texapon dimasukkan ke wadah 1 dan diaduk hingga berubah warna menjadi putih, kemudian disisihkan. Selanjutnya, 400 gram LAS dimasukkan ke wadah 2 dan diaduk hingga larut. Larutan dari wadah 1 dituang perlahan ke wadah 2 sambil terus diaduk. Setelah tercampur, ditambahkan 100 gram foam booster dan 11 cc dewisil liquid ke wadah 2. Di wadah 1, dimasukkan asam karboksilat dan 500 ml air, lalu diaduk hingga larut dan dituangkan ke dalam wadah 2. Setelah itu, ditambahkan 3 gram trilon dan 200 gram NaCl ke dalam wadah 1, kemudian dicampur dengan 250 ml air. Larutan tersebut digabungkan ke dalam wadah 2 bersama dengan sodium sulfat dan diaduk secara terus-menerus hingga semua bahan tercampur merata. Sebagai sentuhan akhir, ditambahkan pewarna hijau dan parfum aroma melon secukupnya. Dari hasil proses pembuatan tersebut, berhasil dihasilkan sebanyak 30 botol sabun cair dengan volume masing-masing 300 ml, berwarna hijau segar dengan aroma melon yang menyenangkan. Proses ini menunjukkan bahwa dengan komposisi dan teknik pencampuran yang tepat, sabun cair berkualitas dapat dibuat secara mandiri di lingkungan sekolah.
B. Hasil penjualan
Saya melakukan penjualan produk sabun cair ini menggunakan metode penjualan langsung, yaitu dengan cara menawarkan secara langsung kepada toko-toko, agen, serta orang-orang terdekat seperti keluarga, tetangga, dan teman. Saya memilih metode ini karena penjualan langsung memungkinkan adanya interaksi personal yang lebih efektif, sehingga saya dapat menjelaskan keunggulan produk secara langsung, membangun kepercayaan konsumen, serta mendapatkan umpan balik secara cepat. Selain itu, metode ini juga lebih efisien dalam hal biaya pemasaran, karena tidak memerlukan perantara atau platform digital yang berbayar. Dengan cara ini, saya bisa memperluas jangkauan pemasaran sambil menjalin relasi yang lebih kuat dengan para konsumen.
C. Analisis keuangan
Analisis Keuangan Produk Sabun Cuci Piring
Harga Pokok Produksi
(HPP): Rp3.000
Harga Jual per Botol: Rp5.000
Laba Bersih per Botol: Rp2.000
Rumus Perhitungan:
Laba = Harga Jual – HPP
Rp5.000 – Rp3.000 = Rp2.000
Contoh Simulasi Penjualan:
Misalkan dalam satu batch produksi dihasilkan 30 botol sabun cuci piring:
Total Biaya Produksi:
30 botol × Rp3.000 = Rp90.000
Total Pendapatan:
30 botol × Rp5.000 = Rp150.000
Total Laba Bersih:
30 botol × Rp2.000 = Rp60.000
Kesimpulan:
Dengan HPP sebesar Rp3.000 dan harga jual Rp5.000, setiap botol sabun memberikan laba bersih Rp2.000. Jika produk terjual habis, potensi keuntungan mencapai Rp60.000 per batch produksi. Metode ini terbukti cukup menguntungkan, terutama jika dilakukan secara konsisten dan dalam volume penjualan yang lebih besar.
D. Pembahasan
Selama proses pembuatan sabun cuci piring, secara keseluruhan tidak ditemukan kendala yang berarti. Semua tahapan berjalan lancar sesuai dengan rencana. Namun, di awal sempat ada keinginan untuk menggunakan alat bantu berupa dispenser buatan sekolah guna mempercepat proses pengisian sabun ke dalam botol. Sayangnya, alat tersebut bekerja cukup lambat dan kurang efisien dalam penggunaannya. Setelah melakukan beberapa percobaan, akhirnya kami memutuskan untuk menggantinya dengan cara manual menggunakan gelas ukur dan corong. Meskipun lebih sederhana, cara ini justru terbukti lebih cepat, praktis, dan meminimalkan tumpahan. Selain itu, proses manual ini juga memberikan pengalaman kerja tim yang lebih kompak, karena kami saling bergantian menuang dan menutup botol dengan rapat ,dengan bekerja sama dengan teman-teman hal ini seolah sedang berada di lini produksi mini yang dikerjakan bersama dengan penuh semangat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembuatan sabun cuci piring ini merupakan salah satu bentuk inovasi ramah lingkungan yang tidak hanya bertujuan untuk mengurangi dampak negatif limbah rumah tangga terhadap lingkungan, tetapi juga mendorong kesadaran generasi muda akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan. Melalui pemanfaatan bahan-bahan alami dan mudah terurai, produk ini membuktikan bahwa solusi pembersih yang efektif tidak harus bergantung pada bahan kimia berbahaya. Proyek ini menunjukkan bahwa siswa mampu menciptakan produk fungsional dengan nilai edukatif dan ekologis yang tinggi, serta berpotensi dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif komersial yang mendukung ekonomi hijau. Inovasi ini menjadi langkah awal yang inspiratif bagi generasi masa depan dalam menciptakan perubahan positif melalui sains dan kepedulian lingkungan.
B. Saran
Dalam proses pembuatan sabun cuci piring ini, penting untuk memperhatikan takaran air yang digunakan. Hindari penggunaan air secara berlebihan, karena dapat mengubah tekstur sabun menjadi terlalu cair dan mengurangi kekentalannya, sehingga mengurangi efektivitas saat digunakan. Gunakan takaran yang telah ditentukan secara tepat, dan sesuaikan jumlah bahan dengan volume sabun yang ingin dibuat. Ketelitian dalam mengikuti resep akan sangat menentukan kualitas akhir produk. Sebagai tambahan, simpan sabun dalam wadah tertutup setelah selesai dibuat agar daya pembersih dan aromanya tetap terjaga. Dengan mengikuti langkah-langkah secara tepat, siapa pun bisa menciptakan sabun cuci piring ramah lingkungan yang efektif dan ekonomis di rumah